Liputan berita UMKM selama masa pandemi covid-19 kemarin cukup menyita perhatian publik, banyak yang tutup karena bingung harus bagaimana sementara aktifitas masyarakat dibatasi, namun ada juga yang bertahan, usaha mainan Kayu Seru merupakan salah satu yang bertahan menghadapi pandemi covid-19 kemarin, walau ada sedikit penurunan penghasilan namun keadaan berangsur normal setelahnya.
Saat pandemi, Kayu Seru mendapatkan kesempatan diwawancarai oleh tim dari salah satu media berita online nasional metropolitan.id, salah satu hal yang diiangkat adalah kemampuan Kayu Seru menembus pasar luar negri dari usaha mainan edukatif Kayu ini. Berita yang ditulis oleh metropolitan.id bisa juga dibaca DISINI namun sebagai arsip, kami juga akan men-copy isi liputan berita tulisan tersebut dibawah ini.
Jika kebanyakan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kebingungan dengan bisnisnya yang terhimpit pandemi, tidak dengan Deddy Sofyandi. Lewat bisnis kayu seru yang dibukanya sejak 2016, Deddy pun sukses mengembangkannya dengan membuka pusat toko mainan anak dari kayu.
DEDDY terbilang pandai membaca peluang. Berawal dari pengalamannya bekerja dengan orang lain, ia pun bisa memproduksi sendiri mainan kayu untuk media edukasi anak. Di tokonya yang berada di Pabuaran, Cibinong, RT 03/03, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Cibinong, ia pun membuat beragam jenis mainan.
Mulai dari puzzle, plakat, pelangi/rainbow staker, alat berhitung, dan masih banyak lagi. “Saya buka usaha kayu seru ini karena sebelumnya pernah bekerja di perushaan kayu selama tiga tahun,” ujar Deddy, Dari pengalaman itulah Deddy makin mengasah keahliannya membuat mainan edukasi. Ia pun keseringan menggunakan kayu pinus yang didatangkan dari Sukabumi.
Sampai saat ini produksi paling laris yaitu puzzle. Untuk puzzle sendiri dalam kurun waktu seminggu bisa memproduksi hingga 2.000 pcs, sedangkan lainnya hanya 200–300 pcs. “Untuk harga dibanderol kisaran dari Rp100 ribu hingga Rp1 juta ke atas, tergantung dari pemesanan pelanggan. Meski mengandalkan bahan baku lokal, hasil rpoduksinya berhasil tembus di pasar luar negeri. Untuk pemesanan, Deddy memanfaatkan sistem online seperti web dan marketplace, hingga omzet bisa tembus Rp80—Rp100 juta per bulannya.
“Kalau penjualan sih sudah banyak di beberapa daerah. Bahkan sampai ke luar negeri, seperti contoh Malaysia dan Singapura,” tambahnya. Deddy pun berusaha ke depannya memberi inovasi yang lebih mengedukasi agar di masa pandemi ini penjualan tetap stabil. Setidaknya usahanya dapat tetap berjalan. “Ya saya akan berusaha memberikan inovasi-inovasi baru agar tetap stabil kayak seperti sekarang,” tutupnya. (cr1/c/feb/run)
Editor: admin metro