Alasan Mengapa Harga Mainan Edukatif Kami Murah
Artikel ini sebenarnya sudah lama sekali ingin ditulis disitus ini, namun karena banyak pertimbangan maka penulisan ditunda, akhirnya sampai saat ini barulah ada kesempatan dan pertimbangan lain juga yang akhirnya membuat penulis menerbitkan tulisan pendek ini, ada artikel kami sebelumnya yang membandingkan harga produk kami dengan beberapa harga produk serupa disitus lain (baca DISINI) sesuai dengan judul tulisan ini, mengapa harga mainan edukatif produk kami bisa murah dengan kualitas produk yang bagus. Ada banyak pertimbangan yang menentukan harga jual produk, beberapa diantaranya adalah, harga bahan baku, tingkat kerumitan produk yang ingin dibuat, estimasi lama waktu pengerjaan, upah pegawai, biaya sewa tempat, dan lain sebagainya.
Mengapa bisa murah? apakah kami sudah mempertimbangkan biaya – biaya dan juga operasional kami? akan kami coba jawab dengan sedikit penjabaran yang mungkin masih bisa masuk akal, alasan utamanya kami menginginkan anak Indonesia bisa menjadi cerdas, karena mainan edukatif cukup berpengaruh untuk merangsang perkembangan kecerdasan anak, dan kita harus akui daya beli masyarakat Indonesia masih rendah, artinya bagaimana mungkin bisa memiliki mainan edukatif apabila orangtua anak tidak mampu membelikan mainan edukatif untuk anaknya, alasan kedua, kami ingin menghilangkan image bahwa mainan kayu edukatif adalah produk mahal dan hanya diperuntukkan untuk orang kaya saja.
Sekarang, mari kita bahas biaya-biaya yang kami keluarkan dari bahan baku terlebih dahulu, umumnya produk yang kami jual terbuat dari kayu pinus yang kering oven, harganya juga tidak terlalu mahal, contohnya untuk membuat rainbow stacker 12 keping, bisa dapat 120pcs produk jadi dalam 1 kubik kayu pinus, jika harga 1 kubik kayu adalah Rp. 4.000.000, maka harga satuan untuk bahan bakunya saja sekitar Rp. 35.000,- apakah sesuatu yang wajar jika kita mendapati produk tersebut dijual hingga mencapai Rp. 800.000,- per pcs?
Selanjutnya kita bahas upah produksi. Mungkin terdengar kurang menyenangkan, faktanya banyak pengrajin mainan edukatif yang masih mendapatkan upah jauh dari UMP, bagi pengusaha, biasanya memberikan alasan klasik, “kan mereka pendidikannya rendah, sudah bisa kerja ditempat kami juga sudah bersyukur seharusnya” atau mungkin ada pengusaha yang berfikir “dikasih kerjaan juga mereka sudah senang, karena banyak anak putus sekolah yang kami berdayakan, daripada diluar jadi gelandangan”. Upah produksi masih sangat minim, penulis bahkan pernah mendengar ada yang upahnya hanya Rp. 25.000 perhari, karena kerjaannya hanya bagian amplas saja. Kayu Seru sendiri menyesuaikan pasaran upah namun sedikit lebih tinggi dibanding yang lain, makanya kami berfikir harga mainan edukatif produk kami mungkin bisa ditekan lebih murah agar bisa mendapat pembeli yang banyak, dan pekerja kami bisa meningkatkan penghasilannya. Perumpaannya untuk membuat rainbow stacker dengan pekerja 3 orang bisa menyelesaikan sedikitnya 100pcs dalam seminggu artinya dengan upah rata-rata per orang Rp. 50.000, untuk 3 orang dalam seminggu upah yang dikeluarkan adalah Rp. 900.000. Berarti upah per pcs rainbow stackernya sekitar Rp. 9.000.
Ilustrasi diatas itu hanya untuk pembuatan rainbow stacker mentah tanpa diwarna, jadi bisa ditarik harga nya Rp. 35.000 (bahan baku) + Rp. 9.000 (upah) jadi harga pokok produksi kurang lebih sebesar Rp. 43.000,- tentunya ini masih belum termasuk hitungan operasional lain seperti biaya listrik, biaya peralatan produksi yang aus (amplas, gergaji), biaya penyusutan mesin dan biaya packing. Namun kita banyak melihat produk seperti ini dijual dengan harga yang sangat tinggi. Siapa yang mau membeli? Hanya orang yang berduit lebih yang sanggup membelikan mainan ini untuk anaknya. Jadi hanya orang kaya saja yang “boleh” cerdas.
Kalau pengusaha yang motif nya hanya bisnis semata sih wajar saja mengambil keuntungan yang banyak, namun Kayu Seru menjual dan membuat mainan edukatif selain untuk mencari keuntungan juga ingin membantu meningkatkan kecerdasan anak-anak Indonesia, terutama untuk anak yang hidupnya kurang beruntung, agar bisa memperbaiki kehidupannya kelak. Jadi kami ambil keuntungan sewajarnya saja, dari keuntungan yang kami dapat, ada bagian untuk para pengrajin yang membantu membuat produk. Semoga kedepannya taraf hidup masyarakat Indonesia bisa meningkat.